Karakteristik Pendekatan Interdisipliner


KARAKTERISTIK PENDEKATAN INTERDISIPLINER
Revisi Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Pendidikan Interdisipliner”
Dosen Pengampu: Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd
Disusun oleh :
Asmaul Husna
17150280
 PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO


 Oktober 2018



 KATA PENGANTAR
            Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat tufiq dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “Pendidikan Interdisipliner”.
            Shalawat serta salam tak lupa saya curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Islam tanpa mengenal lelah.
            Kemudian dari pada itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1.    Rektor Universitas Muhammadiyah Ponorogo Drs. H. Sulton, M.Si
2.    Dosen pengampu mata kuliah “Pendidikan Interdisipliner” yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd
3.    Semua pihak yang turut andil dalam proses pembuatan makala ini, semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan kepada saya
Saya mengharapkan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi orang yang membacanya terutama saya sebagai penulis sendiri. Saya menyadari masih banyak kekurangan yang ada pada makalah ini. Oleh karena itu, sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman khususnya pada dosen bidang studi ini. Demi kesempurnaan dalam membuat makalah pada waktu mendatang. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih.




Penyusun




DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................ iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang ..................................................................................................... 1
2.    Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
3.    Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB II: PEMBAHASAN
1.    Definisi karakter pendekatan interdisipliner ........................................................ 3
2.    Definisi karakter pendekatan multidisipliner ....................................................... 4
3.    Definisi karakter pendekatan transdisipliner ........................................................ 5
4.    Definisi karakter pendekatan krosdisipliner ......................................................... 6
BAB III: PENUTUP
         Kesimpulan ................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA
     





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendekatan adalah paradigm atau cara pandang yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang kemudian digunakan dalam pemahaman agama. Dalam konteks ini adalah pemahaman terhadap agama Islam yang dapat dilihat dalam berbagai sudut pandang. Pendekatan interdisipliner adalah sebuah kajian yang menggunakan dengan sejumlah pendekatan secara bersama sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih baik daripada hanya menggunakan satu pendekatan saja.
Pendekatan dalam suatu ilmu dapat dilihat dari dua macam segi yaitu monodisipliner dan nterdisipliner. Monodisipliner adalah pendekatan dengan satu ilmu saja atau tunggal, sedangkan interdisipliner mewakili kata disiplin, dimana banyak dianggap sebagai batasan suatu hal, yang mana dalam bahasan ilmu pengetahuan juga dijadikan sebagai batasan ide-ide dalam ilmu itu sendiri. Sedangkan intrdisipliner tidak membatasi sebuah ilmu untuk bekerja sendiri, tetapi saling dikaitkan satu sama lain sehingga dapat disebut sebagai ‘antar cabang’.
Pemecahan msalah dalam suatu bidang studi tidak hanya dilakukan melalui satu pendekatan saja, akan tetapi dapat dilakukan dengan berbagai macam pendekatan. Misalkan sebuah contoh masalah yang ada seperti banjir, dalam pemecahan masalah tersebut dapat menggunakan beberapa ilmu yang relevan, yakni menggunakan ilmu geografi dilihat dari letak geografisna dan juga dikur dari curah ujan yang tinggi, dan ilmu social dilihat dari sudut pandang masayarakat setempat.












B.     Rumusan Masalah
1.   Apa definisi dari karakterisitik pendekatan interdisipliner?
2.   Apa definisi dari karakteristik pendekatan multidisipliner?
3.   Apa definisi dari karakteristik pendekatan transdisipliner?
4.   Apa definisi dari karakterisik pendekatan krosdisipliner?

C.    Tujuan
1.   Untuk mengetahui definisi dari karakteristik pendekatan interdisipliner
2.   Untuk mengetahui definisi dari karakteristik pendekatan multidisipliner
3.   Untuk mengetahui definisi dari karakteristik pendekatan transdisipliner
4.   Untuk mengetahui definisi dari karakteristik pendekatan krosdisipliner























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Karakter Pendekatan Interdisipliner
Interdisipliner (interdisciplinary) adalah interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin, baik yang langsung behubungan maupun yang tidak, melalui program-program penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis.[1] Pengertian lain dari pendekatan interdisipliner ialah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan secara terpadu, yang dimaksud dengan ilmu serumpun ialah ilmu-ilmu yang berada dalam rumpun ilmu tertentu, yaitu rumpun ilmu ilmu kealaman (IIK), rumpun ilmu ilmu sosial (IIS), atau rumpun ilmu ilmu budaya (IIB) sebagai alternatif. Ilmu relevan maksudnya ilmu-ilmu yang cocok digunakan dalam pemecahan suatu masalah. Adapun istilah terpadu yang dimaksud yaitu ilmu-ilmu yang digunakan dalam pemecahan suatu masalah melalui pendekatan ini terjalin satu sama lain secara tersirat merupakan suatu masalah melalui pendekatan kesatuan ppembahasan atau uraian termasuk dalam setiap sub-sub uraiannya kalau pembahasan atau uraian itu terdiri atas sub-sub uraian. Ciri pokok atau kata kunci dari pendekatan interdisipliner ini adalah inter (terpadu antar ilmu dalam rumpun ilmu yang sama) atau terpadunya itu. Misalnya dalam mengkaji teks agama seperti al-Qur’an dan sunnah tidak hanya mengandalkan pendekatan tekstual, tetapi harus dilengkapi dengan pendekatan sosiologis dan historis sekaligus bahkan masih perlu ditambah dengan pendekatan hermeneutik misalnya.
Ada dua pendapat mengenai kelahiran pendekatan interdisipliner. Ada sebagian ahli yang mengatakan bahwa konsep interdisipliner merupakan, yang berakar dari teori-teori, misalnya, teori Plato, Kant, Hegel, dan Aristoteles[2].
   Karakter interdisipliner HI (Hubungan Internasional) berkaitan dengan metode keilmuan yang bergantung pada teori-teori yang ada sebagai acuan. Idealnya HI yang interdisipliner memiliki satu perspektif sebagai teori yang dominan. Namun Ilmu HI memiliki berbagai perspektif yang tidak berfokus pada penilaian benar dan salah karena fenomena sosial yang tidak seragam, dinamis, dan relatif mudah berubah. Sehingga tidak dapat dimungkinkan untuk menerima satu perspektif yang dianggap sebagai kebenaran yang utuh. Berbagai macam perspektif dan kontribusi dari ilmu di luar Ilmu HI dapat memberikan alternatif dalam pemahaman. Namun di lain pihak menimbulkan skeptis mengenai disiplin yang solid. Teori yang dipergunakan untuk memahami fenomena yang terjadi tidak cukup teori yang bersifat universal dan memiliki kebenaran yang mutlak, tetapi teori yag memberikan ruang yang bebas untuk terus mengalami perbaikan dan disesuaikan dengan perkembangan fenomena-fenomena yang sedang berlangsung pada saat tertentu.[3]
Sebagian ahli yang lain, mengatakan bahwa konsep interdisipliner ini merupakan fenomena abad kedua puluh dengan adanya pembaharuan dalam dunia pendidikan, penelitian terapan, dan kegiatan yang menyeberang dari batasan-batasan disiplin tertentu. Meskipun ide dasarnya dapat dikatakan tua, istilah interdisipliner itu baru muncul pada abad ke-20. Menurut Klein studi interdisipliner dilakukan pendidik, peneliti, dan banyak praktisi karena studi itu dapat menjawab situasi yang kompleks, menjawab permasalahan yang luas, meneliti hubungan antardisiplin, menjawab masalah yang ada di luar lingkup salah satu disiplin yang ada, dan mendapatkan keutuhan pengetahuan, baik dalam skala terbatas maupun luas.
Contoh dalam penggunaan pendekatan interdispiner adalah dalam menjawab status hukum aborsi. Untuk melihat status hukum aborsi perlu dilacak nash Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Tentang larangan pembunuhan anak dan proses atau tahap penciptaan manusia dihubungkan dengan teori embriologi.

B.     Definisi Karakter Pendekatan Multidisipliner
Multidisipliner (multidisciplinay) adalah penggabungan beberapa disiplin untuk bersama-sama mengatasi masalah tertentu. Pendekatan multidisipliner (multidisciplinary approach) ialah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang banyak ilmu yang relevan. Ilmu ilmu yang relevan digunakan bisa dalam rumpun Ilmu Ilmu Kealaman (IIK), rumpun Ilmu Ilmu Sosial (IIS), atau rumpun Ilmu Ilmu Humaniora (IIH) secara alternatif. Penggunaan ilmu-ilmu dalam pemecahan suatu masalah melalui pendekatan ini dengan tegas tersurat dikemukakan dalam suatu pembahasan atau uraian termasuk dalam setiap urain sub-sub uraiannya bila pembahasan atau uraian itu terdiri atas sub-sub uraian, disertai kontribusinya masing masing secara tegas bagi pencarian jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Ciri pokok atau kata kunci dari pendekatan multidisipliner ini adalah multi (banyak ilmu dalam rumpun ilmu yang sama).
Karakter yang melekat dalam studi-studi multidisipliner adalah holistik, menyeluruh, dan sangat terbuka terhadap sumbangan perkembangan terakhir dari teori dan metodologi dari ilmu-ilmu lain dan besar kemungkinan melahirkan hibrida ilmu baru yang bersifat lintas disiplin.
Pendekatan interdisipliner yang dimaksud disini adalah kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut pandang. Dalam studi misalnya menggunakan pendekatan sosiologis, historis, dan normatif secara bersamaan. Misalnya, dalam mengkaji  teks agama, seperti Alqur’an dan sunnah Nabi tidak hanya mengandalkan pendekatan tekstual, tetapi dilengkapi dengan pendekatan sosiologis dan historis sekaligus.[4]

C.    Definisi Karakter Pendekatan Transidisipliner
Transdisipliner (transdisciplinarity) adalah upaya mengembangkan sebuah teori atau aksioma baru dengan membangun kaitan dan keterhubungan antar berbagai disiplin. Pendekatan transdisipliner (transdisciplinary approach) ialah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan ilmu yang relatif dikuasai dan relevan dengan masalah yang akan dipecahkan tetapi berada di luar keahlian sebagai hasil pendidikan formal (formal education) dari orang yang memecahkan masalah tersebut. Ilmu yang berada di luar keahlian yang akan digunakan oleh seseorang itu bisa satu atau lebih ilmu. Namun, biasanya untuk keperluan kedalaman pembahasan orang itu hanya menggunakan satu ilmu saja di luar keahliannya itu. Ilmu yang relevan digunakan bisa dalam rumpun Ilmu Ilmu Kealaman (IIK), rumpun Ilmu Ilmu sosial (IIS), atau rumpun Ilmu Ilmu Humaniora (IIH) sebagai alternatif. Penggunaan ilmu atau ilmu-ilmu dalam pemecahan suatu masalah melalui pendekatan ini bisa secara tersirat atau tersurat, tetapi akan lebih baik dan biasasnya memang tersurat. Hal itu dilakukan untuk menunjukkan pertanggungjawaban keilmuan orang tersebut. Pendekatan ini dahulu kurang diterima karena dianggap melanggar etika keilmuan oleh para ahli ilmu terutama oleh mereka yang ilmunya digunakan oleh orang yang bukan ahlinya itu. Akan tetapi, dewasa ini hal itu dimungkinkan karena pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) lagi pula kompleksnya permasalahan yang pada umumnya sulit dipecahkan oleh hanya dengan pendekatan satu ilmu (pendekatan monodisipliner) saja. Bahkan pada saat yang sama diterima baik oleh kalangan ilmuan termasuk oleh ilmuan ahlinya asalkan dalam pemecahan suatu masalah itu menunjukkan kualitas dan kebenaran yang memadai. Dengan demikian, seseorang yang menggunakan pendekatan transdisipliner harus pula dipenuhi syarat sebagai berikut:
1.            Menggunakan ilmu di luar ilmu keahlian utamanya, biasanya dalam memecahkan suatu masalah menggunakan satu ilmu di luar ilmu keahliannya itu.
2.            Ilmu yang digunakan berada dalam rumpun ilmu yang sama dengan ilmu keahlian utamanya.
3.             Memahami dengan baik ilmu yang digunakan di luar keahlian ilmu utamanya itu.
4.            Menunjukkan hasil dengan kualitas dan kebenaran yang memadai. Ciri pokok pendekatan transdisipliner adalah trans (lintas ilmu dalam rumpun ilmu yang sama) atau melintasnya.
Dalam studi transdisiplin, dimulai dari masalah dan secara bersama-sama menggunakan berbabagai disiplin lain berupaya memecahkan maslah tersebut. Sementara interdisplin dimulai dari disiplin, setelah itu mengembangkan permasalahan seputar disiplin tersebut. Perbedaan ini sangat tipis dan masih jadi perdebatan


D.    Definisi Karakter Pendekatan Krodisipliner
Pendekatan krosdisipliner (crossdisiplinary approach) ialah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan dua atau lebih ilmu dalam dua atau lebih rumpun ilmu yang relevan. Ilmu-ilmu yang relevan digunakan berada dalam dua atau lebih rumpun ilmu itu bias antara rumpun ilmu ilmu kealaman (IIK), dan rumpun ilmu ilmu sosial (IIS), rumpun ilmu ilmu kealaman (IIK), dan rumpun ilmu ilmu budaya (IIB), rumpu ilmu ilmu budaya (IIB), dan rumpun ilmu ilmu sosial (IIS), atau sekaligus menyangkut ketiga rumpun ilmu tersebut, yaitu rumun ilmu ilmu kealaman (IIK), rumpun ilmu ilmu sosial ((IIS), dan rumpun ilmu ilmu budaya (IIK).
Pendekatan Krosdisipliner ialah pendekatan dalam suatu pemecahan masalah dengan menggunakan tinjauan dua atau lebih ilmu dalam dua atau lebih rumpun ilmu yang relevan atau pendekatan lintas disiplin, berupa modus “meminjam” teori,  metode atau pendekatan dari disiplin ilmu lain.
. Kartodirdjo mengungkapkan, bahwa perlu disadari sepenuhnya oleh sejarawan dewasa ini, bahwa suatu penulisan sejarah senantiasa dibayangi oleh subjektivitas kesempitan cakrawala mental, ikatan kultural dan zaman, serta konteks sosial, sehingga hanya suatu pikiran yang kritis saja dapat menjauhkannya subjektivitas itu. Karenanya, disiplin sejarah dalam perkembangannya harus bergeser, dari paradigma klasik-tradisional, yang kecenderungannya adalah ‘ekslusif’ dan asing terhadap kajian-kajian dari disiplin sosial budaya lainnya, ke arah yang lebih terbuka. Dengan mengintegrasikan pendekatan-pendekatan baru dalam ilmu-ilmu sosial, penyusunan sejarah diharapkan mampu mengungkapkan banyak persoalan dan objek-objek baru, serta dimensi-dimensi dari perubahan sosial dalam kehidupan secara penuh.[5]
Selanjutnya, interdisipliner, krosdisipliner, transdisipliner, antardisipliner, dan lintas disiplin, masing-masing terdiri atas dua ilmu. Perbedaannya, dalam dua pendekatan yang pertama kedua ilmu dimungkinkan lebur menjadi satu, seperti antropologi sastra, sosiologi sastra, dan psikologi sastra. Dalam bidang lain dikenal psikolinguistik, antropologi linguistik, agribisnis, agronomi, sosiatri, dan sebagainya. Sebaliknya dalam tiga pendekatan yang terakhir masing-masing ilmu masih berdiri sendiri. Seperti dalam multidisiplin, dalam proses penelitian salah satu di antaranya menduduki posisi dominan. Pada dasarnya interdisiplin dan krosdisiplin mulai dengan transdisiplin, antardisiplin, dan lintas disiplin. Perkembangannya dipicu dengan adanya keperluan manusia untuk memahami sekaligus menggunakan keseluruhan aspek kebudayaan demi keperluan manusia itu sendiri.[6]




BAB IV 
 PENUTUP

Kesimpulan
1.      Interdisipliner (interdisciplinary) adalah interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin, baik yang langsung behubungan maupun yang tidak, melalui program-program penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis.
2.      Multidisipliner (multidisciplinay) adalah penggabungan beberapa disiplin untuk bersama-sama mengatasi masalah tertentu. Pendekatan multidisipliner (multidisciplinary approach) ialah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang banyak ilmu yang relevan.
3.      Transdisipliner (transdisciplinarity) adalah upaya mengembangkan sebuah teori atau aksioma baru dengan membangun kaitan dan keterhubungan antar berbagai disiplin. Pendekatan transdisipliner (transdisciplinary approach) ialah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan ilmu yang relatif dikuasai dan relevan dengan masalah yang akan dipecahkan tetapi berada di luar keahlian sebagai hasil pendidikan formal (formal education) dari orang yang memecahkan masalah tersebut.
4.      Pendekatan krosdisipliner (crossdisiplinary approach) ialah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan dua atau lebih ilmu dalam dua atau lebih rumpun ilmu yang relevan.











DAFTAR PUSTAKA
Sudikan,  Yuwana Setya. 2015.Pendekatan Interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner dalam studi sastra. diakses pada tanggal 7 Oktober.
Ida Rochani Adi, 1998. “Pendekatan Interdisipliner dalam Studi Amerika,”  Humaniora, No.7, Januari – Maret 1998, 82-85.
Hermawan, Yulius P. 2007. Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Kartodirjo dan Kasiyan. 1999. the fullness of life.
Ratna. 2011. Cultural Studies, 2011
https://sitimy.wordpress.com/category/uncategorized/page/2/  Sabtu 1 April. Diakses pada 18 Desember


[1] Setya Yuwana Sudikan, Pendekatan Interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner dalam studi sastra, (Paramasastra 2, no. 1 2015) hal. 4 diakses pada tanggal 7 Oktober
[2] Ida Rochani Adi, 1998. “Pendekatan Interdisipliner dalam Studi Amerika,”  Humaniora, No.7, Januari – Maret 1998, 82-85.

[3] Hermawan, Yulius P. Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional, (Yogyakarta:Graha Ilmu 2007)

[4] https://sitimy.wordpress.com/category/uncategorized/page/2/  Sabtu 1 April. Diakses pada 18 Desember
[5] Kartodirjo dan Kasiyan, the fullness of life (1992,2003) hlm 7
[6] Ratna, Cultural Studies, (2011) hlm 225-226.

Komentar